AlanBIKERS.com – Mengajak orang untuk berlalulintas jalan yang aman dan selamat tak selalu berjalan mulus. Riak itu bisa berupa apatisme hingga resistensi. Khusus soal resistensi, biasanya mencuat ketika ajakan tadi dikaitkan dengan segala aturan yang berlaku dalam lalu lintas jalan.
Misal, ajakan untuk senantiasa memakai helm saat bersepeda motor. Di masyarakat masih mudah dijumpai resistensi dengan dalih soal jarak. Rasionalitas yang sejatinya rendah itu meluncur dengan mudah lewat kata-kata, “jarak dekat nggak perlu pakai helm.”
Padahal, aturan yang berlaku saat ini, yaitu Undang Undang (UU) No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dengan jelas mewajibkan pesepeda motor dan penumpangnya untuk memakai helm. Tak peduli berkendara untuk jarak kurang dari satu kilometer (km), maupun berkendara hingga 1.000 km.
Nah, saat diajak untuk memahami aturan tersebut, mereka yang resisten dengan dalih soal jarak, menggesernya ke soal lain, penegakan hukum. Maksudnya, kalau tidak ada yang menindak, mereka merasa aman-aman saja bersepeda motor tanpa memakai helm.
Kelana Kota
Problem resistensi dari pihak yang diajak untuk lebih aman dan selamat, juga bukan tidak mungkin dialami para agen keselamatan jalan dalam program Kelana Kota yang digulirkan di kawasan Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Program besutan PT Mitra Pinasthika Mulia (MPM) dan Radio Suara Surabaya itu sampai-sampai membekali para agen keselamatan jalan yang dicetaknya dengan materi kemampuan berkomunikasi di hadapan publik (public speaking).
Kemampuan mengkomunikasikan pesan keselamatan jalan memang amat penting. Tentu saja agar pesan ajakan yang digulirkan berjalan dengan lancar. Tujuan untuk membangun budaya berlalulintas jalan yang rendah risiko pun menjadi kian mudah terwujud.
Saya diminta ikut membekali 30 agen keselamatan jalan yang dicetak lewat program Honda Safety Riding Kelana Kota Surabaya dalam diskusi keselamatan jalan di Surabaya, Sabtu, 6 Oktober 2018. Program itu digulirkan MPM dalam rentang September hingga Desember 2018. Tahun ini merupakan kali ketiga distributor sepeda motor Honda wilayah Jawa Timur dan NTT itu masuk ke kampung-kampung di Surabaya.
Untuk menjadi agen keselamatan dalam program Kelana Kota ternyata tidak serta merta. Ada proses yang mesti dilalui oleh calon agen. Pertama, sang calon harus mendaftar dengan mengajukan gagasan yang akan dilakukan setelah terpilih menjadi agen. Kedua, mengikuti pelatihan dan program pembekalan wawasan dan ketrampilan berkomunikasi. Ketiga, mengimplementasikan gagasan yang diusulkan. Tahap terakhir adalah penjurian yakni untuk menentukan penerima penghargaan satu hingga tiga, serta penerima penghargaan harapan satu dan dua.
Saya diminta untuk memberi suntikan motivasi dan pemetaan masalah seputar kecelakaan lalu lintas jalan serta strategi menjadi agen keselamatan. Mirip dengan yang saya lakukan bersama Adira Insurance di Jakarta lewat program Safety Campaign Award (SCA) sejak 2014.
Mendengar apa yang sudah dilakukan selama Kelana Kota dua tahun terakhir, saya coba bertukar pikiran agar dalam mengawal implementasi gagasan, MPM memberi pendamping kepada para agen. Tujuannya agar implementasi gagasan sungguh-sungguh dan berjalan lancar.
“Masukan yang bagus. Kedepan kami akan terapkan sistem mentor alias pendamping bagi para agen keselamatan kampung ini,” tutur Suhari, general manager Corcomm and Development MPM, saat berbincang dengan saya di Sidoarjo, Sabtu itu.
Salah seorang peserta yang lolos seleksi dan tengah mengikuti program pembekalan, mengaku bahwa dirinya mendaftar setelah melihat apa yang dilakukan MPM pada tahun sebelumnya. Bahkan, dia mengaku sudah menyusun rencana aksi berkaitan dengan peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2018. “Kegiatannya berupa penyuluhan keselamatan jalan lewat acara jalan sehat dan pelatihan safety riding ke warga kampung,” ujar pria yang juga ketua Rukun Tetangga (RT) di kawasan Rungkut, Surabaya tersebut.
Bagi saya, peran para agen keselamatan di kampung-kampung memiliki peran strategis. Merekalah garda terdepan dalam menyebarkan kesadaran berlalulintas jalan yang aman dan selamat.
“Dengan adanya acara Honda Safety Riding Kelana Kota dan kampanye Cari_Aman, diharapkan warga Kota Surabaya Mempunyai kesadaran menjadi untuk tertib berlalu lintas, serta patuh terhadap rambu – rambu lalu lintas, selain untuk diri sendiri juga untuk pengendara yang lain,” kata Presiden Direktur MPM, Suwito, dalam siaran pers peluncuran program Kelana Kota, beberapa waktu lalu.
Amat masuk akal, mengingat pemicu kecelakaan lalu lintas jalan kedua terbesar di Jatim adalah perilaku tidak tertib. Perilaku seperti itu di antaranya adalah melanggar rambu atau marka jalan.
Di Surabaya, pada 2017, setiap hari rata-rata terjadi empat kasus kecelakaan. Ironisnya, setiap 1,3 hari satu orang meninggal dunia akibat kecelakaan. Sedangkan di Jatim, setiap hari terjadi 67 kecelakaan yang merenggut 15 jiwa per hari. (edo rusyanto) Foto : Aris MPM
Baca juga : Edo Rusyanto’s Traffic