AlanBIKERS.com – GEDUNG perkantoran itu berdiri megah. Situasi sekitar terlihat ramai. Saya menuju lantai dua setelah mendapat pengarahan dari petugas satpam soal lokasi acara Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) Award PT PGN Tbk, Mei 2018 siang.
“Kami berharap pak Edo dari Jarak Aman memberi materi pengarahan seputar keselamatan jalan bagi 150 orang peserta HSSE Award di grup perusahaan PGN,” ujar Ali, dari tim HSE PGN kepada saya, di Jakarta, Selasa, 8 Mei 2018.
Tiba di lantai dua, ruang auditorium PGN tampak sudah diisi dengan deretan kursi yang ditata rapi. Panitia pelaksana sedang mempersiapkan sessi paparan. Peserta baru saja menyelesaikan makan siang dan istirahat. Tak lama kemudian satu per satu memasuki ruangan.
Niat membangun budaya keselamatan berlalulintas jalan butuh tindak lanjut yang konsisten. Kesungguhan yang dilengkapi konsistensi mampu mewujudkan niat tadi. Kesulitan di depan mata dapat berubah menjadi peluang untuk selanjutnya tampil sebagai kekuatan.
Bagi Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) selain konsistensi, untuk membangun budaya keselamatan juga mesti dibarengi sinergitas yang kuat di kalangan pemangku kepentingan dan tentu saja termasuk masyarakat. Kesulitan yang ada justeru menjadi tantangan. Sulit bukan berarti tidak bisa.
“Sulit rasanya membangun kebiasaan memakai helm saat naik motor dalam jarak dekat,” tutur seorang peserta HSSE Award, dalam tanya jawab siang itu.
Sebelumnya dia menanyakan bagaimana cara menanamkan kesadaran untuk selalu memakai helm saat naik motor, terutama untuk jarak dekat. Untuk hal ini saya sempat bertukar pikiran tentang pentingnya memprioritaskan keselamatan saat berlalulintas jalan. Keselamatan sebagai kebutuhan. Bila itu tertanam dengan baik, urusan keselamatan tidak dipandang sebagai kewajiban.
Jarak Aman menilai, kebutuhan akan selalu diperjuangkan untuk terwujud. Ketika keselamatan menjadi kebutuhan dalam berlalu lintas jalan, pengguna jalan tentu berupaya keras memperkecil risiko. Dalam bersepeda motor, hal itu akan tercermin dengan mengimplementasikan cara berkendara rendah risiko (low risk riding). Salah satunya, selalu melindungi kepala dengan memakai helm.
Berkendara risiko rendah untuk memangkas fatalitas kecelakaan lalu lintas. Maklum, kecelakaan berdampak luas, termasuk ke persoalan ekonomi. Mari kita pinjam data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Badan itu menyatakan bahwa kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan berkisar 2,9-3,1% dari produk domestik bruto (PDB) nasional. Pada 2011, Bappenas menghitung kerugian yang ditimbulkan secara langsung dan tidak langsung mencapai berkisar Rp 203-217 triliun. Angka itu muncul berdasarkan PDB Indonesia tahun 200 yang sebesar Rp 7.000 triliun. Luar biasa!
Masih merujuk data Bappenas. Jika PDB Indonesia pada 2016 sekitar Rp 12.406,8 triliun, artinya kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan mencapai sekitar Rp 384,5 triliun. Mengerikan.
Dalam kesempatan diskusi bersama peserta HSSE Award PGN 2018 topik kecelakaan dapat memiskinkan keluarga korban menjadi bahasan utama. Kami pun mengulas hasil Penelitian Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Polri mengenai dampak kecelakaan pada ekonomi keluarga korban. Data yang saya peroleh melalui sumber di PT Jasa Raharja itu membeberkan bahwa 62,5% keluarga korban kecelakaan yang meninggal dunia terkena dampak finansial atau memiskinkan mereka. Sedangkan untuk keluarga korban yang menderita luka berat sekitar 13% nya mengalami kemiskinan. (edo rusyanto)
Baca juga : Edo Rusyanto’s Traffic